Ekonomi

Wednesday, November 02, 2005

KKG ttg inflasi

* PEMBALIKAN KEBIJAKAN JALAN KE LUAR KEMELUT EKONOMI DI INDONESIA

Laju inflasi yang berlari kencang hingga mencapai angka 17,89 persen per tahun pada
bulan Oktober ini sudah dapat diramalkan bakal terjadi. Hal ini terjadi menyusul
kenaikan drastis harga BBM awal November lalu. Oleh karena itu mantan ketua Bappenas
Kwik Kian Gie, merasa tidak terkejut dengan tingginya laju inflasi ini.

Kwik Kian Gie (KKG): Ya sama sekali tidak terkejut oleh karena harga BBM itu dari
dulu sampai sekarang sudah tertanam pada ekonomi kita sebagai suatu komoditi yang
sangat strategis. Artinya sangat menentukan karena dipakai untuk bermacam macam
produksi. Dan harganya itu sudah terlanjur rendah. Sehingga kalo itu naik maka
dampaknya harga harga yang lain naik semua. Nah sekarang menaikkannya BBM itu kan
enggak kira kira. Kalo kita lihat kan seperti minyak tanah dari Rp. 700,- menjadi
Rp. 3000,-. Bensin premium dari Rp. 1810, menjadi Rp. 2400 terus Rp. 4500,-. Karena
jangka waktu yang begitu pendek kan bisa dikatakan langsung saja dari Rp. 1810,-
menjadi Rp. 4500,-. Bagaimana enggak inflasi seperti begini?

Radio Nederland (RN): Salah seorang penasihat pemerintah Chatib Basri mengatakan
bahwa laju inflasi ini sudah diperhitungkan dan laju inflasi ini akan turun kembali.
Apakah Anda juga mengetahui bahwa pemerintah memang sudah memperhitungkannya?

KKG: Tidak. Yang saya ketahui adalah ketika saya diwawancarai oleh Metro TV bersama
dengan Menteri Perdagangan Marie Pangestu dan anggota DPR Dradjad Wibowo. Ketika itu
Menteri Marie Pangestu mengatakan bahwa LPEM UI sudah menghitung bahwa dampak
inflasinya cuma 0,4 persen. Ketika saya ditanya oleh pewawancara Metro TV saya
mengatakan bahwa tidak betul. Karena dari dulu LPEM itu meleset melulu. Mereka itu
kan biar bodoh asal sombong saja, asal ngomong saja.

Ternyata sekarang dari 0,4 persen menjadi sekian, itu bagaimana? Itu kan sudah
terbukti sekarang. Dari dulu begitu melulu. Kalo mereka mempunyai orang orang yang
dari Berkley Mafia duduk di dalam kabinet maka dibela mati matian. Kalo menteri yang
sepandai apapun tidak bisa didikte oleh mereka ya dihujat habis. Itu kan sudah
sangat terkenal sejak tahun 1967.

RN: Apakah kenaikan suku bunga Bank Indonesia bisa membantu menangkal inflasi?

KKG: Ya sangat sedikit, tetapi kan biayanya amat besar. Ini kan rusak sama sekali
ekonominya. Tanpa kenaikan suku bunga saja sektor riil sudah babak belur sama
sekali. Pertama tama dihadapkan pada sektor perburuhan yang seperti itu. Lalu
dihadapkan dengan persaingan yang seenaknya seperti itu. Sekarang dihantam sekali
lagi dengan inflasi, tuntutan buruh untuk naik gaji.

Bagaimana bisa tahan? Kebijakan ekonomi macam ini itu kebijakan macam apa, kebijakan
yang bertubu tubi seperti ini. Ini kan sudah sama sekali tidak waras sebetulnya. Kok
masih dibela-bela. Chatib Basri itu ngapain itu. Dia itu ilmuwan atau apa?

RN: Apakah Anda melihat jurang resesi di depan mata?

KKG: Oh ya sudah pasti. Kecuali kalo ada perubahan perubahan drastis. Misalnya
presiden mengadakan reshuffle betul dan mencabut semua kebijakannya sesuai dengan
kebijakan menteri menteri ekonomi yang baru. Reshuffle dan menteri menterinya memang
mempunyai orientasi yang kuat ke arah pembalikan dari kebijakan ini dan presidennya
di belakangnya.

RN: Kebijakan apa lagi yang dapat membendung laju inflasi?

KKG: Yang bisa membantu dalam keadaan seperti sekarang adalah bila semuanya
dibatalkan. Jadi kenaikan harga semuanya dibatalkan. Tidak berarti kembali ke harga
Rp. 1800,-. Akan tetapi dipasang harga yang wajar. Lalu dikampanyekan besar-besaran,
bahwa yang dulu itu salah. Ini sekarang supaya semua menurunkan harga harganya.

Karena banyak kenaikan harga yang psikologis, yang tidak terkait secara matematis.
Tetapi kenaikannya lebih besar dari BBM ini. Cuma sekarang yang itupun sudah hilang
karena kenaikan BBM yang begitu hebat.

Sebetulnya banyak orang sudah mengatakan tetapi tidak digubris. Oleh karena ini
tidak perlu kok menaikkan BBM segala macam. Ini sekarang ada RUU Pajak lagi yang
kerasnya seperti itu. Itu semuanya dimaksud supaya pemerintah mendapat uang yang
berlimpah-limpah lalu kemudian membangun infrastruktur segala. Untuk apa kalau
ekonominya hancur?

Demikian Kwik Kian Gie, mantan ketua Bappenas.